Profil Desa Kotayasa
Ketahui informasi secara rinci Desa Kotayasa mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Kotayasa di Kecamatan Sumbang, Banyumas, merupakan desa wisata berbasis alam yang memadukan pesona Curug Ceheng dan agrowisata. Terletak di lereng Gunung Slamet, desa ini menjadi destinasi unggulan yang mengintegrasikan pariwisata, peternakan kambing
-
Destinasi Wisata Alam Terpadu
Kotayasa adalah rumah bagi objek wisata alam populer Curug Ceheng dan berbagai destinasi pendukung, menjadikannya salah satu desa wisata paling berkembang di Kabupaten Banyumas.
-
Sentra Agrowisata dan Peternakan
Desa ini dikenal sebagai pusat peternakan kambing etawa dan pertanian subur, yang kini dikembangkan menjadi daya tarik agrowisata edukatif bagi pengunjung.
-
Inovasi dan Pembangunan Berkelanjutan
Di bawah kepemimpinan yang inovatif, Kotayasa terus berbenah melalui pembangunan infrastruktur pariwisata dan pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan desa wisata yang mandiri dan berkelanjutan.

Menempati amfiteater alam yang subur di lereng timur Gunung Slamet, Desa Kotayasa, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, telah menjelma dari sebuah desa agraris yang tenang menjadi salah satu destinasi wisata alam paling bersinar di wilayahnya. Desa ini adalah kanvas hidup di mana gemuruh air terjun, hijaunya perbukitan dan inovasi masyarakat berpadu menciptakan magnet pariwisata yang kuat. Dengan luas wilayah 244,05 hektare, Kotayasa menjadi rumah bagi 4.279 jiwa yang kini hidup dari harmoni antara tradisi bertani dan denyut ekonomi pariwisata yang terus berkembang pesat.
Berada di ketinggian yang memberinya udara sejuk, Desa Kotayasa memiliki posisi geografis yang sangat strategis untuk pariwisata. Di sebelah utara dan barat, wilayahnya berbatasan langsung dengan hutan lereng Gunung Slamet yang dikelola Perhutani. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Susukan, sementara di sisi selatan bersinggungan dengan Desa Kebanggan dan Desa Ciberem. Topografinya yang berbukit dan dialiri banyak sumber mata air menjadi modal utama lahirnya pesona alam seperti Curug Ceheng. Dengan kepadatan penduduk sekitar 1.753 jiwa per kilometer persegi, desa ini berhasil menyulap potensi alamnya menjadi sumber kesejahteraan. Kode pos untuk Desa Kotayasa adalah 53183.
Pemerintahan Visioner dan Transformasi Desa Wisata
Transformasi Desa Kotayasa menjadi desa wisata unggulan tidak terjadi secara instan. Ini adalah hasil dari kerja keras dan visi jangka panjang pemerintahan desa yang inovatif, bersinergi dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan partisipasi aktif masyarakat. Di bawah kepemimpinan Kepala Desa, Kotayasa secara agresif membangun dan menata berbagai potensi yang dimilikinya. Struktur pemerintahan yang solid, yang membawahi 2 Kepala Dusun, 4 Rukun Warga (RW), dan 22 Rukun Tetangga (RT), menjadi mesin penggerak yang efektif dalam mengeksekusi setiap rencana pembangunan.
Fokus utama pembangunan di Kotayasa adalah infrastruktur penunjang pariwisata. Alokasi dana, baik dari pemerintah maupun swadaya, diarahkan secara masif untuk perbaikan akses jalan menuju objek wisata, pembangunan fasilitas umum seperti area parkir, toilet, musala, dan shelter, serta penataan warung-warung kuliner. Salah satu proyek ambisius yang menjadi bukti keseriusan ini adalah pembangunan Taman Angkasa, sebuah wahana baru yang menawarkan pemandangan dari ketinggian dan menjadi pelengkap bagi destinasi yang sudah ada. "Kami tidak ingin hanya menjual alam, kami ingin menciptakan pengalaman. Setiap rupiah yang diinvestasikan dalam pembangunan adalah investasi untuk senyum puas pengunjung dan peningkatan pendapatan warga kami," ujar seorang tokoh penggerak wisata desa.
Curug Ceheng: Ikon Utama Pesona Kotayasa
Jantung dari seluruh denyut pariwisata di Desa Kotayasa adalah Curug Ceheng. Air terjun dengan ketinggian sekitar 30 meter ini menjadi magnet utama yang menarik ribuan pengunjung. Keistimewaan Curug Ceheng terletak pada aliran airnya yang deras dan jernih, serta lingkungan sekitarnya yang masih sangat asri dan hijau. Kolam alami yang terbentuk di bawahnya menjadi tempat favorit bagi pengunjung untuk berenang dan merasakan kesegaran air pegunungan.
Pengelolaan Curug Ceheng yang semakin profesional di bawah naungan Pokdarwis telah mengubah wajahnya secara signifikan. Dari yang semula hanya air terjun tersembunyi, kini telah menjadi objek wisata yang tertata rapi. Berbagai fasilitas telah dibangun untuk kenyamanan pengunjung, termasuk jembatan, gazebo untuk bersantai, dan spot-spot foto yang instagramable. Keberhasilan mengelola Curug Ceheng menjadi titik awal bagi pengembangan puluhan destinasi lain di sekitarnya, menciptakan sebuah kawasan wisata terpadu.
Agrowisata dan Peternakan Kambing sebagai Pilar Ekonomi Baru
Tidak puas hanya dengan wisata alam, Desa Kotayasa secara cerdas mengembangkan potensi agrarisnya menjadi daya tarik agrowisata. Desa ini sejak lama dikenal sebagai salah satu sentra peternakan kambing peranakan etawa (PE). Kini, kandang-kandang kambing tidak hanya berfungsi sebagai tempat produksi susu dan daging, tetapi juga dibuka sebagai wahana edukasi bagi wisatawan. Pengunjung dapat melihat langsung proses pemerahan susu, memberi makan kambing, dan tentu saja, membeli produk olahan susu kambing yang segar dan berkhasiat.
Di samping peternakan, sektor pertanian lainnya seperti perkebunan sayur-mayur, buah-buahan, dan tanaman hias juga menjadi bagian dari paket agrowisata. Para petani didorong untuk menata kebun mereka agar menarik untuk dikunjungi. Sinergi antara pariwisata dan pertanian ini menciptakan sebuah siklus ekonomi yang saling menguntungkan: wisatawan datang menikmati alam sekaligus belajar tentang pertanian, sementara para petani mendapatkan pasar langsung untuk produk-produk mereka.
Kehidupan Sosial dan Dampak Ekonomi Pariwisata
Berkembangnya sektor pariwisata telah membawa dampak ekonomi dan sosial yang signifikan bagi masyarakat Desa Kotayasa. Banyak warga yang beralih profesi atau mendapatkan pekerjaan tambahan sebagai pengelola wisata, pedagang, penyedia jasa parkir, atau pemandu. Warung-warung kuliner yang menyajikan makanan khas lokal seperti mendoan, soto, dan pecel tumbuh subur di sekitar objek wisata, memberikan pendapatan langsung bagi ibu-ibu rumah tangga.
Dampak positif ini juga diiringi dengan tantangan sosial, seperti pengelolaan sampah dan menjaga kearifan lokal di tengah serbuan pengunjung. Namun dengan pembinaan yang terus-menerus dari pemerintah desa dan Pokdarwis, masyarakat secara bertahap belajar untuk menjadi tuan rumah yang baik, menjaga kebersihan, dan tetap mempertahankan keramahan khas pedesaan. Semangat gotong royong yang semula terwujud dalam kegiatan pertanian, kini juga terlihat dalam kerja bakti membersihkan area wisata.
Asal-Usul Nama dan Jejak Sejarah
Nama "Kotayasa" diyakini memiliki makna yang luhur dan bersejarah. Nama ini terdiri dari dua kata Sansekerta-Jawa: Kuta (atau Kota) yang berarti benteng, kota, atau kawasan berpagar, dan Yasa yang berarti membangun, membuat, atau pekerjaan mulia. Dengan demikian, Kotayasa dapat diartikan sebagai "Kawasan yang Dibangun dengan Mulia" atau "Benteng yang Dibangun".
Penamaan ini kemungkinan besar merujuk pada fungsi wilayah ini di masa lalu. Bisa jadi, karena lokasinya yang strategis di perbukitan, daerah ini pernah menjadi semacam benteng pertahanan alami atau sebuah pemukiman penting yang dibangun dengan tujuan mulia oleh para leluhur. Nama ini seolah menjadi doa yang terwujud, di mana kini warganya terus "membangun" (yasa) desanya menjadi sebuah "kawasan" (kuta) wisata yang maju dan terhormat.
Menuju Desa Wisata Mandiri dan Berkelanjutan
Desa Kotayasa adalah sebuah studi kasus keberhasilan transformasi desa. Dari desa agraris yang terisolasi, ia telah bermetamorfosis menjadi destinasi wisata yang diperhitungkan. Dengan kepemimpinan yang kuat, inovasi yang tiada henti, dan partisipasi aktif warganya, Kotayasa menunjukkan bahwa potensi alam, jika dikelola dengan visi yang benar, dapat menjadi sumber kesejahteraan yang tak terbatas.
Tantangan ke depan adalah menjaga keberlanjutan, baik dari sisi lingkungan maupun sosial. Diversifikasi produk wisata, peningkatan kualitas layanan, dan pemasaran digital yang lebih masif menjadi agenda selanjutnya. Dengan fondasi yang telah dibangun, Desa Kotayasa tidak hanya akan terus menjadi primadona wisata di Banyumas, tetapi juga berpotensi menjadi percontohan desa wisata mandiri berskala nasional.